Kamis, 10 Mei 2012

Puisi-Puisi SA di Minggu Pagi, Yogya

Puisi-puisi Susy Ayu di koran Minggu Pagi, Yogyakarta, Jumat Kliwon 14 Oktober 2011

SAJAK SEEKOR BADAK
(untuk 50 ekor badak jawa yang hampir punah di ujung kulon)

saat kau resah dan sendiri
bersembunyilah di sini
pada kubangan pada sesemakan
pada tiga goresan culaku di batang-batang pohon

tunggu ia datang
mengukur jejakmu
menebak adamu
menghitung hidupmu

di dalam sini
sembunyimu abadi
dengan limapuluh ekor kesunyian
di Dandaka-Dandaka rahasia
sebelum Baratayudha

8 Maret 2011


PADA SUATU MASA DI KELENTENG MA ZU

561 tahun keabadian
cintaku kokoh meresap
dalam tiang jati kelenteng tertua
tegak menghadap langit tanah Jawa

ketika angin berwajah gelisah
telah kutitipkan nama kita
pada arak-arakan kio keemasan
anggun melintasi gerbang Ma Zu

Lasem, April 2011


TERSESAT

orang sudah berbunuhan sejak jaman dulu
ini semua bukan hal baru
dan masih saja berulang
mereka mencari jalan pulang masing-masing
dan tak habis-habis mempertengkarkan cara yang mereka tempuh
kelak anak-anak kita juga mencari jalan pulang
tapi dari mana semua itu hendak dimulai ?
tidakkah kita cemas mereka akan tersesat
jika hanya kebencian yang diwariskan?

ada banyak kuburan di tempat ini
ada lebih banyak lagi di benak orang-orang
mereka menziarahinya tiap kali
setiap kali disadari ada yang sudah hilang
mereka akan menengok ke sekeliling
tak tahu lagi apakah kesedihan atau kematian
yang membuat mereka saling melukai

kelak anak-anak kita adalah si penyampai pesan
yang semua pesan adalah berita baik
bukankah setiap nabi juga membawa pesan baik?
namun pengikutnya memperlombakan kebaikannya
hingga saling membunuh untuk memenangkannya
mereka lupa bahwa Tuhan yang menciptakan segala
nabi-nabi itu, kebaikan kebaikan itu
mereka lalai bahwa jalan pulang hanya kepada Tuhan

Tuhan satu-satunya tempat semua pesan itu berasal

Oktober 2011


OPERA SEMALAM 2

kita duduk berdua di depan televisi
“Kita sudah kebingungan. Kita panggil para ahli dari luar negeri dan
bersikap seakan formulasinya adalah obat paling mujarab untuk segala
penyakit. Kita berkerumun seperti nonton tukang obat di pasar. Anda
ngerti tho maksud saya?”

kita duduk berdua di depan televisi, mengganti saluran lain
“negeri ini penuh krisis, tidak semata-mata krisis politik, melainkan
krisis multidimensi. Rakyat sudah tidak percaya lagi lagi pada
kepemimpinan yang ada “

kita duduk berdua di depan televisi, menekan saluran lain
“Indonesia mmng sedang membususk. Mental kita belum mampu
berdemokrasi. Amerika melewati tahap anarkis sebelum akhirnya
membentuk masyarakat sipil mereka. Perbudakan, perang saudara,
wildwest.”

kita berdua masih duduk di depan televisi, mematikannya
bapakku terbunuh di atas sajadah
ayahmu meninggal kena ledakan bom gereja
haruskah ada seseorang yang mati lebih dulu untuk memberikan alasan
atas cita-cita kemanusiaan?
Tuhan, Kau ada di saluran berapa?

Oktober 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar